(0362) 28841
kelurahanbanyuasri@gmail.com
Kelurahan Banyuasri

Pengamatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Pada Tanaman Cabai

Admin kelurahanbanyuasri | 22 Agustus 2024 | 77 kali

Kamis, (22/8) Lurah Banyuasri, Ketut Darmika,S.Pd yang didampingi Bhabinsa Sersan Mayor Saroni melakukan Giat Pengamatan Organisme Pengganggu Tanama pada Tanaman Cabai bersama Petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Made Artayasa, S.P dan Penyuluh Pertanian Wilayah Binaan Kelurahan Banyuasri, Shinta Istihsan, S.P, yang berlokasi di lahan hutan kota yang berada di Wilayah Kelurahan Banyuasri.

Pengamatan ini bertujuan untuk memantau dan mengidentifikasi potensi ancaman dari OPT yang dapat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas tanaman cabai yang berada di Lahan hutan kota di banyuasri.

Berikut ada tiga hama penyebab daun cabai keriting, yaitu thrips, tungau, dan aphids. Hama ini tergolong jenis hama kutu yang menyebabkan daun tanaman cabai menjadi keriting. memiliki cara menyerang yang hampir sama, namun gejala serangan dan akibat serangan sangat berbeda.

Thrips adalah hama kutu yang mengisap pucuk daun, berukuran sangat kecil antara 1 hingga 1,2 mm berwarna hitam dengan bercak merah. Thrips dewasa memiliki sayap dan rambut pada tubuhnya, adapun nimfa (hewan muda) tidak memiliki sayap dan berwarna kekuningan. Hama thrips berada pada permukaan daun bagian atas memiliki mobilitas yang sangat tinggi, mampu meloncat ke tanaman lain dan dapat dilihat dengan kasat mata pada bunga-bunga tanaman cabai atau di atas permukaan daun. Thrips menyerang dengan cara menghisap cairan pada daun.

Gejala serangan hama thrips antara lain daun cabai menjadi keriting, mengkerut dan melengkung ke atas serta berubah warna menjadi keperakan dan mudah rontok.

Tungau berukuran sangat kecil dan memiliki delapan kaki berwarna kuning dan merah, serta sering dijumpai di bawah permukaan daun. Tungau dapat meluas dengan cepat pada musim kemarau dalam suhu 28 derajat celcius, di mana hama tungau lebih cepat berkembang biak. Seekor tungau betina tunggal berkembang biak hingga satu juta ekor tungau selama satu bulan. Telur tungau dapat menetas dalam waktu tiga hari, kemudian menjadi dewasa setelah berumur lima hari. Adapun tungau dapat bertahan hidup selama dua hingga empat minggu. Tungau mengisap jaringan mesofil sehingga menghambat fotosintesis pada tanaman cabai.

Gejala serangan tungau yang spesifik antara lain daun muda keriting dan melengkung atau menggulung ke bawah, serta menebal berbentuk seperti sendok terbalik. Serangan selalu dimulai dari pucuk daun atau tunas muda.

Aphids atau kutu daun berbeda dengan thrips dan tungau. Aphids berukuran lebih besar dan tidak mudah meloncat atau berpindah. Hama aphids berwarna hijau kehitaman, ada yang bersayap dan tidak bersayap. Tidak hanya menyerang daun, kutu daun juga menyerang batang tanaman cabai dengan cara mengisap cairan tanaman Hama ini memiliki sifat berkoloni (bergerombol), bersembunyi di bawah permukaan daun, tepi daun, dan pada batang tanaman cabai. Serangan kutu daun sangat mudah dikenal, yaitu jika terlihat banyak semut bergerombol pada batang tanaman cabai. Daun dan batang tanaman cabai mengerut dan keriting akan terhambat pertumbuhannya. Kutu daun mengeluarkan embun madu yang sangat disukai semut serta menyebabkan pertumbuhan jamur embun jelaga dan menghambat proses fotosisntesis.

Ada beberapa cara mengendalikan hama pada tanaman cabai, yakni sebagai berikut. 

  1.          Sanitasi lahan atau pembersihan gulma pengganggu. 
  2. Gunakan mulsa plastik hitam perak. 
  3. Atur jarak tanam sehingga tidak terlalu rapat. 
  4. Tanam tanaman pembatas seperti jagung, tanaman refugia atau tanaman lainnya sebagai tanaman perisai berpindahnya hama. 
  5. Pemulihan tanaman yang telah sembuh dari serangan hama s, yang dapat dilakukan dengan pemupukan dan penyemprotan zat perangsang tumbuh seperti pupuk daun.
  6. Pengamatan rutin untuk memantau perkembangan tanaman dan serangan hama tungau. 
  7. Penyemprotan insektisida nabati dengan eksrtak tembakau, bawang putih yang dicampur sedikit deterjen. Lakukan penyemprotan pagi atau sore hari setiap dua hari sekali. 
  8. Jika insektisida nabati tidak mampu lagi, maka gunakan insektisida kimia atau akarisida.
  9. Memasang perangkap perekat berwarna kuning.